KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telahmemberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul " Keteladanan
RasulullahSAW Periode Mekah " dengan baik.Makalah ini berisikan tentang
sejarah dan strategi dakwahRasulullah SAW periode waMekah. Kami menyadari bahwa
makalah inimasih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
pembacayang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaanmakalah
ini.Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Sudarti danteman-teman yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini.Semoga Allah SWT meridhai
segala usaha kami. Amin .
KETELADANAN
RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH
A. Nabi Muhammad sebagai seorang
Rasul
Periode Mekkah berlangsung sejak diangkat
Muhammad saw menjadi nabi dan rasul yang ditandai dengan turunnya wahyu pertama
yaitul Alaq ayat 1-5 kepada beliau hingga menjelang hijrah Nabi Muhammad saw ke
Madinah. Masa itu berlangsung selama +13 tahun yakni dari tahun 610 – 622M.
Masa ini sangat berat dirasakan karena Rasulullah banyak mendapatkan rintangan,
khususnya dari lingkungan masyarakat atau kaumnya. Setelah Nabi Muhammad saw,
menerima wahyu kedua yaitu Surah Al Muddatstsir yang berbunyi:
Artinya:
” Hai orang berselimut, bangunlah lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmmu
agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa( menyembah berhala)
tingglkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan
yang lebih banyak. Dan untuk ( memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (Al
Muddatstsir ayat 1-7)
1. Da’wah secara sembunyi-sembunyi.
Ayat
diatas menunjukkan bahwa setiap rasul itu memang selalu rajin, ulet dan tidak
cepat putus asa. Setelah surah ini turun, mulailah Rasulullah saw, berdakwah
secara sembunyi-sembunyi. Beliau terutama berdakwah kepada orang-orang yang
terdekat dengan beliau, dan teman sejawat agar mereka lebih dulu percaya kepada
seruannya dan mengikutinya. Tempat yang dipilih oleh beliau untuk berdakwah
adalah rumah Al Arqam bin Abil Arqam Al Makhzumy. Para sahabat Nabi yang
pertama masuk Islam adalah sebagai berikut :
a. Abu Bakar,
b. Siti Khadijah
c. Ali bin Abi Thalib
d. Zaid bin Haristah
b. Siti Khadijah
c. Ali bin Abi Thalib
d. Zaid bin Haristah
Selain dari yang tersebut diatas, maka dengan bantuan Siti Khadijah dan Abu Bakar Siddiq dari hari ke hari bertambahlah orang-orang yang masuk yang beriman kepada seruan beliau, baik dari pihak lelaki maupun perempuan. Orang yang beriman itu terbagi tiga golongan hartawan, golongan bangsawan dan golongan hamba sahaya dan orang-orang desa. Mereka berdakwah secara sembunyi-sembunyi lebih kurang selama 3 tahun memeluk dan mengikuti seruan nabi Muhammad saw. Apabila mereka hendak mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka harus pergi ke satu tempat yang jauh dari kota Mekkah seperti di celah-celah bukit, agar tidak diketahui oleh orang kafir. Mereka menyadari apabila dilihat oleh orang-orang kafir, mereka akan mendapat rintangan dan bahaya.
Tiga tahun kemudian sesudah kerasulannya, perintah Allah datang supaya ia mengumumkan ajaran yang masih disembunyikan itu, perintah Allah supaya disampaikan. Ketika itu wahyu datang:
“Dan
berilah peringatan kepada keluarga-keluargamu yang dekat. Limpahkanlah
kasih-sayang kepada orang-orang beriman yang mengikut kau. Kalaupun mereka
tidak mau juga mengikuti kau, katakanlah, ‘Aku lepas tangan dari segala
perbuatan kamu.’” (Qur’an 26: 214-216) “Sampaikanlah apa yang sudah
diperintahkan kepadamu, dan tidak usah kauhiraukan orang-orang musyrik
itu.”(Qur’an 15: 94)
Muhammad
pun mengundang makan keluarga-keluarga itu ke rumahnya, dicobanya bicara dengan
mereka dan mengajak mereka kepada Allah. Tetapi Abu Talib, pamannya, lalu
menyetop pembicaraan itu. Ia mengajak orang-orang pergi meninggalkan tempat.
Keesokan harinya sekali lagi Muhammad mengundang mereka. Selesai makan, katanya
kepada mereka: “Saya tidak melihat ada seorang manusia di kalangan Arab ini
dapat membawakan sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari yang saya
bawakan kepada kamu sekalian ini. Kubawakan kepada kamu dunia dan akhirat yang
terbaik. Tuhan telah menyuruh aku mengajak kamu sekalian. Siapa di antara kamu
ini yang mau mendukungku dalam hal ini?” Mereka semua menolak, dan sudah
bersiap-siap akan meninggalkannya. Tetapi tiba-tiba Ali bangkit – ketika itu ia
masih anak-anak, belum lagi balig. “Rasulullah, saya akan membantumu,” katanya.
“Saya adalah lawan siapa saja yang kautentang.” Banu Hasyim tersenyum, dan ada
pula yang tertawa terbahak-bahak. Kemudian mereka semua pergi meninggalkannya
dengan ejekan.
Sesudah
itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang
dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan
berseru: “Hai masyarakat Quraisy.” Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas:
“Muhammad bicara dari atas Shafa.” Mereka lalu datang berduyun-duyun sambil
bertanya-tanya, “Ada apa?” “Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan
kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?”
“Ya,” jawab mereka. “Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat
engkau berdusta.” “Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa
yang sungguh berat,” katanya, “Banu Abd’l-Muttalib, Banu Abd Manaf, Banu Zuhra,
Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan aku memberi peringatan
kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat.
Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu,
selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah.” Tetapi kemudian Abu Lahab
berdiri sambil meneriakkan: “Celaka kau hari ini. Untuk ini kau kumpulkan
kami?” Muhammad tak dapat bicara. Dilihatnya pamannya itu. Tetapi kemudian
sesudah itu datang wahyu membawa firman Tuhan: “
Celakalah
kedua tangan Abu Lahab, dan celakalah ia. Tak ada gunanya kekayaan dan usahanya
itu. Api yang menjilat-jilat akan menggulungnya” (Qur’an 102:1-8)
Kemarahan
Abu Lahab dan sikap permusuhan kalangan Quraisy yang lain tidak dapat
merintangi tersebarnya dakwah Islam di kalangan penduduk Mekah itu. Setiap hari
niscaya akan ada saja orang yang Islam – menyerahkan diri kepada Allah.
Lebih-lebih mereka yang tidak terpesona oleh pengaruh dunia perdagangan untuk
sekedar melepaskan renungan akan apa yang telah diserukan kepada mereka. Akan
tetapi bagi Abu Lahab, Abu Sufyan dan bangsawan-bangsawan Quraisy terkemuka
lainnya, hartawan-hartawan yang gemar bersenang-senang, mulai merasakan, bahwa
ajaran Muhammad itu merupakan bahaya besar bagi kedudukan mereka. Jadi yang
mula-mula harus mereka lakukan ialah menyerangnya dengan cara mendiskreditkannya,
dan mendustakan segala apa yang dinamakannya kenabian itu.
Langkah
pertama yang mereka lakukan dalam hal ini ialah membujuk penyair-penyair
mereka: Abu Sufyan bin’l-Harith, ‘Amr bin’l-’Ash dan Abdullah ibn’z-Ziba’ra,
supaya mengejek dan menyerangnya. Dalam pada itu penyair-penyair Muslimin juga
tampil membalas serangan mereka tanpa Muhammad sendiri yang harus melayani.
Sementara
itu, selain penyair-penyair itu beberapa orang tampil pula meminta kepada
Muhammad beberapa mujizat yang akan dapat membuktikan kerasulannya:
mujizat-mujizat seperti pada Musa dan Isa. Kenapa bukit-bukit Shafa dan Marwa
itu tidak disulapnya menjadi emas, dan kitab yang dibicarakannya itu dalam
bentuk tertulis diturunkan dari langit? Dan kenapa Jibril yang banyak
dibicarakan oleh Muhammad itu tidak muncul di hadapan mereka? Kenapa dia tidak
menghidupkan orang-orang yang sudah mati, menghalau bukit-bukit yang selama ini
membuat Mekah terkurung karenanya? Kenapa ia tidak memancarkan mata air yang
lebih sedap dari air sumur Zamzam, padahal ia tahu betapa besar hajat penduduk
negerinya itu akan air?
Tidak
hanya sampai disitu saja kaum musyrikin itu mau mengejeknya dalam soal-soal
mujizat, malahan ejekan mereka makin menjadi-jadi, dengan menanyakan: kenapa
Tuhannya itu tidak memberikan wahyu tentang harga barang-barang dagangan supaya
mereka dapat mengadakan spekulasi buat hari depan? Debat mereka itu
berkepanjangan. Tetapi wahyu yang datang kepada Muhammad menjawab debat mereka
“Katakanlah:
‘Aku tak berkuasa membawa kebaikan atau menolak bahaya untuk diriku sendiri,
kalau tidak dengan kehendak Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib-gaib,
niscaya kuperbanyak amal kebaikan itu dan bahayapun tidak menyentuhku. Tapi aku
hanya memberi peringatan dan membawa berita gembira bagi mereka yang beriman.”
(Qur’an 7: 188)
Perlindungan Abu Talib
Abu
Talib pamannya belum lagi menganut Islam. Tetapi tetap ia sebagai pelindung dan
penjaga kemenakannya itu. Ia sudah menyatakan kesediaannya akan membelanya.
Atas dasar itu pemuka-pemuka bangsawan Quraisy – dengan diketahui oleh Abu
Sufyan b. Harb – pergi menemui Abu Talib. “Abu Talib,” kata mereka,
“kemenakanmu itu sudah memaki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak
menghargai harapan-harapan kita dan menganggap sesat nenek-moyang kita. Soalnya
sekarang, harus kauhentikan dia; kalau tidak biarlah kami sendiri yang akan
menghadapinya. Oleh karena engkau juga seperti kami tidak sejalan, maka
cukuplah engkau dari pihak kami menghadapi dia.” Akan tetapi Abu Talib menjawab
mereka dengan baik sekali.
Setelah
Islam semakin kuat pengikutnya semakin banyak, Pada waktu berikutnya Abu Lahab,
selalu membuat kegaduhan, yaitu menghasut orang Quresy supaya memusuhi Nabi
Muhammad saw. Mereka mendatangi Abu Thalib, meminta agar melarang Nabi
berda’wah. Permintaan itu dilaksanakan oleh Abu Thalib, lalu Nabi menjawab, ”
ya pamanku, andaikata diletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan
ditangan kiriku, aku tidak akan berhenti berda’wah.” Mulai waktu itu, Abu
Thalib tidak berani lagi melarang Nabi untuk berda’wah.
Setelah
usaha mereka gagal, orang Quraisy membawa seorang pemuda tampan kepada Abu
Thalib, yang bernama Ammarah bin Al Walid bin Mughirah, mereka seraya berkata,
” Wahai Abu Thalib, ambillah ia menjadi anak saudara dan serahkan kepada kami
Muhammad untuk kami bunuh sebab ia telah menentang kami dan memecah belah
persatuan kami,” Usul kaum Quraisy tersebut dijawab oleh Abu Thalib, ” Jahat
benar pikiran kamu, demi Tuhan, sekali-kali tidak bisa.”
Akhirnya
tokoh-tokoh Quraisy bermufakat untuk memilih seorang yang fasih dan lancar
bicara untuk membujuk Rasulullah. Utbah bin Rabi’ah pembicara ulung menghadap
Nabi dan mengatakan, ” Ya Muhammad apa sebenarnya maksudmu menyiarkan agama
baru ini, jika engkau bermaksud mencari pengaruh, berhentilah, kami akan mengangkatmu
menjadi raja, kami tidak akan memutuskan suatu perkara tanpa seizin engkau.
Apabila engkau ingin kekayaan, kami kumpulkan harta kekakyaan untukmu. Apabila
engkau ingin wanita cantik, kami akan carikan untukmu atau barangkali engkau
sakit, biarlah kami yang mengobati dengan kami sendiri, asalkan engkau berhenti
da’wah.” Setelah Utbah bin Rabi’ah selesai bicara lalu ia diam dan penuh harap
supaya Nabi menerima tawaran itu. Setelah itu, Nabi membacakan beberapa ayat Al
Qur’an. Hati dan jiwa Utbah spontan menjadi lemah karena ayat Al Qur’an yang
gaya bahasanya sangat indah.Ia tidak berkata apa-apa, lalu pulang dengan
perasaan hampa dan kecewa, pada saat lain Utbah datang lagi untuk membujuk Nabi
agar mau bergantian dalam peribatan, sekali menyembah Allah, sekali menyembah
berhala, maka turunlah surat Al Kafirun ayat 1-6 yang berbunyi:
Artinya:Katakanlah:
Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu
bukan penyembah Tuhan yang aku sembah, Dan aku tidak pernah menjadi penyembah
apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang
aku sembah, Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku ( Al Kafirun : 1-6).
Mengapa
Kaum Kafir Quraisy begitu menentang misi Nab Muhammad SAW?
a. Sebab Islam dinilai mereka berbahaya dapat merubah tatanan yang ada, bahkan tidak mustahil akan menghilangkan status sosial dan pengaruh orang-orang tertentu di tengah mayarakat.
b. Ajaran yang dibawa Nabi MUhammad SAW merupakan koreki total terhadap penyimpangan akidah, membawa persamaan hak dan martabat manusia, memberantas taklid, kepercayaan nenek moyang dan menghapuskan perbudakan.
Metode-metode Kaum Kafir untuk
menghalangi perjuangan Rasula. Sebab Islam dinilai mereka berbahaya dapat merubah tatanan yang ada, bahkan tidak mustahil akan menghilangkan status sosial dan pengaruh orang-orang tertentu di tengah mayarakat.
b. Ajaran yang dibawa Nabi MUhammad SAW merupakan koreki total terhadap penyimpangan akidah, membawa persamaan hak dan martabat manusia, memberantas taklid, kepercayaan nenek moyang dan menghapuskan perbudakan.
a. Mengejek, menghina, merendahkan, mendustakan, menertawakan. Targetnya adalah membuat kaum muslimin putus asa dan melemahkan emangat juangnya. Mereka menuduh Nabi MUhammad SAW sebagai orang gila. (QS al Hijr 6), sebagai tukang sihir dan pendusta (QS haad 4)
b. Menghalangi agar orang-rang tidak mau mendengarkan al Qur’an dan mengimbangi dengan dongengan rang-orang jaman dulu dan menyibukkannya.
c.Pemboikotan dan Propaganda
uraisy lalu membuat rencana lagi mengatur langkah berikutnya. Mereka sepakat bahkan secara tertulis untuk memboikot total terhadap Banu Hasyim dan Banu Abd’l-Muttalib: untuk tidak saling kawin-mengawinkan, tidak saling berjual-beli apapun. Piagam persetujuan ini kemudian digantungkan di dalam Ka’bah sebagai suatu pengukuhan dan registrasi bagi Ka’bah. Akan tetapi ternyata Muhammad sendiri malah makin teguh berpegang pada tuntunan Allah, juga keluarganya, dan mereka yang sudah berimanpun makin gigih mempertahankannya. Menyebarkan seruan Islam sampai keluar perbatasan Mekah itu pun tak dapat pula dihalang-halangi. Maka tersiarlah dakwah itu ke tengah-tengah masyarakat Arab dan kabilah-kabilah, sehingga membuat agama yang baru ini, yang tadinya hanya terkurung ditengah-tengah lingkaran gunung-gunung Mekah, kini berkumandang gemanya ke seluruh jazirah.
Mereka,
kaum Quraisy itu, juga menyusun suatu alat propaganda anti Muhammad. Lebih
gigih lagi mereka memikirkan hal ini sesudah orang-orang yang berziarah itu
diajak juga oleh Rasul Saw supaya beribadat hanya kepada Allah yang Esa.
Beberapa orang dari kalangan Quraisy berunding dan mengadakan pertemuan di
rumah Walid bin’l-Mughira. Walid mengusulkan supaya kepada peziarah-peziarah
orang-orang Arab itu dikatakan bahwa dia (Muhammad) seorang juru penerang yang
mempesonakan, apa yang dikatakannya merupakan pesona yang akan memecah-belah
orang dengan orangtuanya, dengan saudaranya, dengan isteri dan keluarganya. Dan
apa yang dituduhkan itu pada orang-orang Arab pendatang itu merupakan bukti,
sebab penduduk Mekah sudah ditimpa perpecahan dan permusuhan.
Di
samping propaganda itu Quraisy harus punya propaganda lain lagi. Untuk propaganda
itu Quraisy akan mengandalkan pada Nadzr b. Harith. Orang ini pernah pergi ke
Hira dan mempelajari cerita raja-raja Persia, peraturan-peraturan agamanya,
ajaran-ajarannya tentang kebaikan dan kejahatan serta tentang asal-usul alam
semesta. Setiap dalam suatu pertemuan Muhammad mengajak orang kepada Allah, ia
lalu datang menggantikan tempat Muhammad dalam pertemuan itu. Maka berceritalah
ia kepada Quraisy tentang sejarah dan agamanya, lalu katanya: Dengan cara apa
Muhammad membawakan ceritanya lebih baik daripada aku? Bukankah Muhammad
membacakan cerita-cerita orang dahulu seperti yang kubacakan juga? Orang-orang
Quraisy menuduh, bahwa sebagian besar apa yang dibawa Muhammad berasal dari
seorang budak Nasrani yang bernama Jabr. Untuk itulah datang Firman Tuhan:
“Kami
sungguh mengetahui bahwa mereka berkata; yang mengajarkan itu adalah seorang
manusia. Bahasa orang yang mereka tuduhkan itu bahasa asing, sedang ini adalah
bahasa Arab yang jelas sekali.” (Qur’an: 16: 103)
SELAMA
tiga tahun berturut-turut piagam yang dibuat pihak Quraisy untuk memboikot
Muhammad dan mengepung Muslimin itu tetap berlaku. Dalam pada itu Muhammad dan
keluarga serta sahabat-sahabatnya sudah mengungsi ke celah-celah gunung di luar
kota Mekah, dengan mengalami pelbagai macam penderitaan, sehingga untuk
mendapatkan bahan makanan sekadar menahan rasa laparpun tidak ada. Baik kepada
Muhammad atau kaum Muslimin tidak diberikan kesempatan bergaul dan
bercakap-cakap dengan orang, kecuali dalam bulan-bulan suci.
Pada
bulan-bulan suci itu orang-orang Arab berdatangan ke Mekah berziarah, segala
permusuhan dihentikan – tak ada pembunuhan, tak ada penganiayaan, tak ada
permusuhan, tak ada balas dendam. Pada bulan-bulan itu Muhammad turun, mengajak
orang-orang Arab itu kepada agama Allah, diberitahukannya kepada mereka arti
pahala dan arti siksa. Segala penderitaan yang dialami Muhammad demi dakwah itu
justru telah menjadi penolongnya dari kalangan orang banyak. Mereka yang telah
mendengar tentang itu lebih bersimpati kepadanya, lebih suka mereka menerima
ajakannya. Blokade yang dilakukan Quraisy kepadanya, kesabaran dan ketabahan
hatinya memikul semua itu demi risalahnya, telah dapat memikat hati orang
banyak.
Gagalnya Pemboikotan
Akan
tetapi, penderitaan yang begitu lama, begitu banyak dialami kaum Muslimin
karena kekerasan pihak Quraisy – padahal mereka masih sekeluarga: saudara,
ipar. sepupu – banyak diantara mereka itu yang merasakan betapa beratnya
kekerasan dan kekejaman yang mereka lakukan itu. Dan sekiranya tidak ada dari
penduduk yang merasa simpati kepada kaum Muslimin, membawakan makanan ke
celah-celah gunung1 tempat mereka mengungsi itu, niscaya mereka akan mati
kelaparan. Hisyam ibn ‘Amr adalah salah orang yang termasuk paling simpati
kepada Muslimin. Tengah malam ia datang membawa unta yang sudah dimuati makanan
atau gandum. Bilamana ia sudah sampai di depan celah gunung itu, dilepaskannya
tali untanya lalu dipacunya supaya terus masuk ke tempat mereka dalam celah
itu.
Merasa
kesal melihat Muhammad dan sahabat-sahabatnya dianiaya demikian rupa, ia
mengajak beberapa orang untuk membatalkan piagam pemboikotan itu. Demikianlah
piagam itu batal dengan sendirinya, walaupun beberapa tokoh Quraisy seperti Abu
Jahl menentangnya. Beberapa penulis biografi dalam hal ini berpendapat, bahwa
diantara mereka yang bertindak menghapuskan piagam itu terdapat orang-orang
yang masih menyembah berhala. Sesudah piagam disobek, Muhammad dan
pengikut-pengikutnyapun keluar dari lembah bukit-bukit itu. Seruannya
dikumandangkan lagi kepada penduduk Mekah dan kepada kabilah-kabilah yang pada
bulan-bulan suci itu datang berziarah ke Mekah. Meskipun ajakan Muhammad sudah
tersiar kepada seluruh kabilah Arab di samping banyaknya mereka yang sudah
menjadi pengikutnya, tapi sahabat-sahabat itu tidak selamat dari siksaan Quraisy,
juga dia tidak dapat mencegahnya.
Perlindungan Banu Hasyim dan Banu
Muttalib
Sementara
itu Muhammad juga tetap gigih menjalankan tugas dakwahnya dan dakwa itupun
mendapat pengikut bertambah banyak. Quraisy segera berkomplot menghadapi
Muhammad itu. Sekali lagi mereka pergi menemui Abu Talib. Sekali ini disertai
‘Umara bin’l-Walid bin’l-Mughira, seorang pemuda yang montok dan rupawan, yang
akan diberikan kepadanya sebagai anak angkat, dan sebagai gantinya supaya
Muhammad diserahkan kepada mereka. Tetapi inipun ditolak. Muhammad terus juga
berdakwah, dan Quraisypun terus juga berkomplot. Untuk ketiga kalinya mereka
mendatangi lagi Abu Talib. “Abu Talib’” kata mereka, “Engkau sebagai orang yang
terhormat, terpandang di kalangan kami. Kami telah minta supaya menghentikan
kemenakanmu itu, tapi tidak juga kaulakukan. Kami tidak akan tinggal diam
terhadap orang yang memaki nenek-moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan
kita dan mencela berhala-berhala kita – sebelum kausuruh dia diam atau
sama-sama kita lawan dia hingga salah satu pihak nanti binasa.”
Berat
sekali bagi Abu Talib akan berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Juga
tak sampai hati ia menyerahkan atau membuat kemenakannya itu kecewa. Dimintanya
Muhammad datang dan diceritakannya maksud seruan Quraisy. Lalu katanya:
“Jagalah aku, begitu juga dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat
kupikul.” Pamannya ini seolah sudah tak berdaya lagi membela dan memeliharanya.
Sedang kaum Muslimin masih lemah, mereka tak berdaya akan berperang, tidak
dapat mereka melawan Quraisy yang punya kekuasaan, punya harta, punya persiapan
dan jumlah rmanusia. Sebaliknya dia tidak punya apa-apa selain kebenaran.
Tetapi jiwa Rasulullah Saw tetap teguh, ia berkata kepada pamannya: “Paman,
demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan
meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas
ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang akan membuktikan
kemenangan itu ditanganku, atau aku binasa karenanya.”
Gemetar
orang tua ini mendengar jawaban Muhammad Saw. Seketika lamanya Abu Talib masih
dalam keadaan terpesona. Kemudian dimintanya Muhammad datang lagi, yang lalu
katanya: “Anakku, katakanlah sekehendakmu. Aku tidak akan menyerahkan engkau
bagaimanapun juga!” Sikap dan kata-kata kemenakannya itu oleh Abu Talib
disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib. Pembicaranya tentang
Muhammad itu terpengaruh oleh suasana yang dilihat dan dirasakannya ketika itu.
Dimintanya supaya Muhammad dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua
menerima usul ini, kecuali Abu Lahab.
Sikap
permusuhan Quraisy terhadap kaum muslimin pun semakin menjadi-jadi. Setiap
kabilah itu langsung menyerbu kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka:
disiksa dan dipaksa melepaskan agamanya. Dikisahkan seorang budak yang telah
muslim, Bilal, disiksa ke atas pasir di bawah terik matahari yang membakar,
dadanya ditindih dengan batu dan akan dibiarkan mati. Dalam kekerasan semacam
itu Bilal hanya berkata: “Ahad, Ahad, Hanya Yang Tunggal!” Ia memikul semua
siksaan itu demi agamanya. Hingga suatu hari Abu Bakr melihat Bilal mengalami
siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan.
B. Strategi Dakwah
Rasulullah SAW Periode Mekah
Tujuan
dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyaannya di bidang agama, moral, dan hukum,sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran
kerasulan Nabi Muhammad SAWdan ajaran islam yang disampaikannya,
kemudian mengamalkannya dalam kehidupansehari-hari.Strategi dakwah Rasulullah
SAWdalam berusaha mencapai tujuan yangluhur tersebut sebagai berikut :1.
Dakwah
secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 TahunPada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeruorang-orang yang berada di
lingkungan rumah sendiri dan kerabat serta sahabatdekatnya. Orang-orang yang
telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAWtersebut
adalah : Khadijah binti Khuwailid ( istri Rasulullah SAW), Ali bin AbuThalib
( saudara sepupu Rasulullah SAW ), Zaid bin Haritsah (anak angkatRasulullah SAW
), Abu Bakar Ash-Shiddiq ( sahabat Rasulullah SAW ) dan UmmuAiman ( pengasuh
Rasulullah SAW pada waktu kecil ).Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah
bukan hanya kewajibanRasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat
Islam ), maka AbuBakar Ash-Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan
disegani banyak orang, karena budi
bahasanya yang halus , ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai
bergaul telah meneladani Rasulullah SAW, yakni berdakwah secarasembunyi-sembunyi.Dakwah
Abu Bakar Ash-Shiddiq pun berhasil dan beberapa orang kawandekatnya menyatakan
diri masuk Islam, mereka adalah
Utsman bin
Affan
Zubair bin awam
Sa¶ad
bin Abu Waqqas
Thalhah
bin UbaidillahOrang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyidisebut
Assabiqunal
Awwalun
(
pemeluk Islam generasi awal ).2.
Dakwah
secara terang-teranganDakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun
ke-4 dari kenabian yaitusetelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT
agar dakwah itudilaksanakan secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat
Al-Qur¶an surah26: 214-216 .Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara
terang-terangan adalah sebagai berikut :
Mengundang
kaum kerabat keturunan Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak mereka untuk masuk Islam.
Rasulullah
SAW mengumpulkan penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat
tinggal di sekitar Ka¶bah untuk berkumpul di BukitShafa.
Rasulullah
SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota Mekah.Pada dakwah secara
terang-terangan ini ada dua orang dari kalangan kaum kafir Quraisy yang
menyatakan diri masuk Islam, yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib(paman Rasulullah
SAW) dan Umar bin Khattab. Selain itu ada beberapa orang juga penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain
Abu Zar Al-Giffari (
seorang tokoh dari kaum Giffar )
Tufail bin Amr
Ad-Dausi (seorang penyair terpandang darikaum Daus
Para
penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam dihadapan Rasulullah
SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, 6 orangdari suku Aus dan Khazraj telah
masuk Islam. Gelombang kedua tahun621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang
ketiga tahun berikutnyalebih banyak lagi.Pertemuan
umat muslim Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombangketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan
Bai¶atul Aqabah
yang
berisi pernyataan umat muslim Yatsrib bahwa mereka akanmelindungi dan membela
Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepadaRasulullah SAW dan para
pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.3.
Reaksi
Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAWKaum Kafir Quraisy sangat
menolak dakwah Rasulullah SAW. Sebab-sebabkaum kafir Quraisy menolak dakwah
Rasulullah SAW, yakniA.
Kaum
kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan denganajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang.B.
Kaum
kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanyakehidupan sesudah mati yaitu hidup di alam kubur
dan akhirat.C.
Kaum
kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa beratmeninggalkan agama
dan tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka.D.
Dan
kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikandakwah Rasulullah
SAW karena Islam melarang menyembah berhala.
1. Masyarakat Arab Jahiliyah
Periode Mekah
Objek
dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang
telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka
umumnya beragama watsani
atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka’bah (Baitullah
= rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi,
Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian masyarakat
Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan
Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13
tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira,
waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur,
beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah.
Muhamad
diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an
Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam
sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-Qur’an.
Menurut
sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad
berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah
itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun
(610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode
MekahAjaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan
0 comments: